Senin, 21 Desember 2015

Kevin? (15)

tepat hari ini aku dua minggu di Jambi aku pulang lebih dulu karena ada urusan pekerjaan yang belum selesai lebih tepatnya aku ingin menghindari Kev untuk kesekian kalinya. karena aku mulai merasakan rasa itu lagi,rasa itu mulai mengetuk hatiku kembali. Aku terlalu takut untuk memendamnya lagi.
**
Pagi ini, gue nganterin Kiki ke bandara, gue rada setengah hati buat ngelepas dia balik ke Jakarta sendirian. Pengen rasanya gue anter Kiki ke Jakarta, namun apa daya gue harus tinggal di Jambi sampe Mar selesai operasi ketiga, operasi penentuan untuk sumsum tulang belakang yang telah di donorkan seseorang untuk Mar. Harus gue akuin gue berat meninggalkan mereka berdua sendiri di tempat yang berbeda.
"Kev, are you okay?" Lamunan gue dibuyarkan oleh Kiki. "I'm okay Ki" gue memegang tangan Kiki erat. "kamu yakin mau pulang sekarang Ki? Aku butuh kamu disini" gue menunggu respon dari Kiki namun Kiki hanya menggeleng. "Aku gabisa Kev,ada pekerjaan yang harus aku selesaikan, aku harap kamu ngerti" Gue hanya bengong melihar reaksi Kiki barusan.
**
Rasanya aku tak tega melihat Kev memohon seperti ini, aku begitu ingin menemani dia selama di Jambi namun aku tak kuasa menahan semua rasa ini sendiri, aku butuh waktu untuk membuat semuanya berjalan normal. "Kev, aku pamit ya. Aku titip Mar,Nyai sama kamu ya Kev. salam kecup manisku untuk Mar, bye" ku kecup pipi kanan Kev dengan manja lalu aku pergi meninggalkan Kev dibelakang, air mataku mulai jatuh membasahi kedua pipi ini. Aku tetap berjalan tanpa sedikit pun menoleh kebelakang.
**
gue melihat Kiki semakin jauh meninggalkan gue sendiri ditengah - tengah lobby bandara. rasanya gue ingin mengejar dan memeluk dia sebagai tanda perpisahan ini namun gue urungi niat gue itu karena gue mulai gak mampu untuk menatap kedua matanya dia yang selalu bikin gue jatuh cinta, tatapan matanya yang sejuk yang bisa membuat gue merasakan gue berada di rumah. Ki, cinta tau kemana dia harus pulang. ucap gue dalam hati. setelah gue anter Kiki ke bandara gue langsung bergegas menuju Rumah Sakit Santa Theresia tempat dimana Mar akan menjalankan operasi ketiganya ini. kira - kira hampir dua jam aku terjebak macet, tiba - tiba aku menerima telepon dari Andika ayah Marina.
"Kev, lo dimana? Marina udah menjalankan operasi, sebelum operasi dia nanyain lo sama Kiki terus, Kev cepet dateng kesini, Marina butuh lo" gue langsung menutup telepon dari Andika tanpa pikir panjang gue langsung nancap gas dan gue masuk ke salah satu hotel hanya untuk numpang parkir akhirnya gue melanjutkan perjalanan ke Rumah Sakit menggunakan ojek. hanya 35 menit gue diperjalanan, sesampainya gue langsung lari dan naik ke lantai 12 Rumah Sakit ST. Theresia.

Dari kejauhan gue sudah melihat nyai yang sedang menangis sambil memegang Teddy, Teddy adalah boneka panda besar pemberian Kiki untuk Mar. "Kev" panggil Raya Bunda-nya Mar, gue langsung berjalan menuju Raya. "terima kasih banyak Kev, kamu udah menjadi aa yang baik untuk Mar, kamu selalu ada disaat Mar lagi membutuhkan kamu, kamu selalu menyayangi dia sepenuh hati kamu, Kev sebelum Mar pergi keruang operasi dia bilang sama aku, kalo dia seneng bisa liburan bareng kamu sama Kiki, Kev, dia juga menitipkan ini untuk kamu dan untuk Kiki" Raya menangis dipelukan gue. gue semakin lemah,bidadari kecil yang selalu gue sayangi dan cintai selama ini sudah pergi ke Surga bersama Tuhan, gue nangis mengingat semua kenangan gue sama Marina. dan akhirnya gue memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar tempat dimana jasad Mar di tidurkan, gue baru berjalan dua langkah gue langsung tidak kuat hingga gue bisa merasakan air mata membanjiri pipi gue.

 ke-esokan paginya kami sekeluarga mengantarkan Almh. Marina ke tempat per-istirahatan terakhirnya, yaitu TPU Putri Ayu, gue gakuasa buat turun kebawah, ke liang lahatnya Mar, gue hanya melihat Andika dan beberapa pakde gue yang turun ke liang lahat Mar, gue melihar Nyai dan Raya menangis dan terduduk lemas di samping liat lahat Mar, gue lebih milih menjauh dari kuburan Mar karena gue gak cukup kuat berpisah dengan Mar untuk selama-lamanya. akhirnya gue lebih milih duduk di bawah pohon besar yang bisa membantu gue untuk menyembunyikan tangisan ini.
"Kev, aku minta maaf udah ninggalin kamu kemarin, Kev aku turut berduka cita" gue hapal itu suara siapa dan gue langsung menoleh dan menangis di dalam pelukan Kiki dengan sejadi-jadinya. lebih tepatnya kami saling meminjamkan bahu untuk satu sama lain. hampir satu jam kita menangis bersama dan mengingat apa saja yang pernah kita lakukan bersama Mar.

**
Aku dapat kabar dari Andika bahwa Mar telah meninggal dunia, tanpa pikir panjang aku langsung terbang kembali ke kota kelahiran Mar. Jambi. sepanjang perjalanan Jkt-Jambi aku hanya bisa menangis dan melihat foto-foto terakhir bersama Mar betapa menyakitkan semua ini, aku menangis terlalu lama sehingga dadaku begitu sesak dan sulit untuk bernapas secara normal, seorang pramugari mendatangi bangku-ku dan menawarkan segelas air putih untuk membuat aku kembali normal. setelah menangis panjang aku tertidur dan dibangunkan kembali oleh pramugari yang telah memberikan aku segelas air putih.  butuh waktu yang sangat lama dari bandara menuju pemakaman Mar, ketika aku tiba di pemakaman Mar aku melihat sosok yang sangat aku kenal sedang duduk dan meratapi tanah yang terletak dibawah kakinya. Aku langsung datang dan menghampiri dia tanpa pikir panjang. dia menoleh dan langsung memeluk-ku dengan tenaga-nya yang tersisa lalu dia mulai menangis di dalam pelukan-ku. Selamat Jalan Marina Putri Raharjo kami akan selalu menyayangi-mu dan kamu akan selalu ada di dalam lubuk hati kami ucapnya di depan makam Mar, dia mengecup batu nisan dan memberikan bunga yang begitu besar diatasnya. dan lagi-lagi aku menangis.