Senin, 13 November 2017

Kevin? (26)

Menurut aku pribadi, dengan cara pergi tanpa pesan seperti ini adalah suatu hal yang tidak manusiawi. Manusia mana yang sanggup untuk pergi begitu saja ketika perasaan nya sedang memuncak begitu dahsyat? Aku tidak sanggup namun aku harus bisa mengatasi ego-ku sendiri. Mungkin, cara yang ku pilih untuk melupakan Kev begitu salah dan kejam namun aku benar-benar sudah tidak punya jalan keluar lain.
Setiap malam aku selalu memikirkan hal ini, rasanya aku sudah di ujung batas namun aku selalu menumpahkan keluh kesah ku kepada sahabat lelaki ku yang Kev belum tau. Ya, aku selalu menumpahkan semua yang aku rasa kepada Aldrian Raharjo atau yang biasa aku panggil Al. Al selalu ada ketika hidupku terguncang begitu kuat menghadapi beban apapun dia selalu ada di langkah ku dan di segala keputusan ku dia selalu terlibat. Al merupakan sahabat karibku dari masa kecil. Jauh sebelum aku kenal Kev.
**
Gue ngga ngerti lagi harus nyari pake jurus apa biar bisa nemuin jejaknya Kiki. Harus gue akuin Kiki adalah wanita pertama yang sanggup menghilang dari peradaban. Biasanya, perempuan yang lagi deket dengan gue bisa dibilang mereka begitu agresif dan cari perhatian agar gue menotice mereka tapi Kiki beda dengan mereka. Kiki perempuan pertama yang ngedeketin gue dengan cara yang tidak terlihat, dia ngedeketin gue dengan cara memulai jadi teman. Jadi teman pun gue ga liat gelagat Kiki buat jadiin gue pacar sehingga datanglah saat dimana gue dan Kiki sama-sama menyadari bahwa kami saling nyaman satu sama lain dan disitu gue baru bisa membaca situasi Kiki selalu usaha buat bicara sama gue entah langsung atau melalui telepon dan chat. Itu pun dia ngga pernah membahas 'kami' di dalamnya, dia selalu random. Apapun yang ada di dalam pikiranya dia akan utarakan. Oh Tuhan, aku sungguh rindu wanita itu. Rasa-rasanya rindu ini mulai begitu kejam untuk menyembuhkan lukanya. Keinginan gue untuk meluk Kiki semakin tinggi dan menggebu.
**
Jogja malam ini diguyur hujan angin, aku terjebak di warung sate klatak. Aku memutuskan untuk menyantap sekuteng dan jahe susu+pinang. Hangat. Aku bisa merasakan hangat dalam sekejap lalu pikiranku kembali mengawang dan mulai nakal. Aku gatal untuk mendengar suara Kev. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menelpon Kev dari handphone Al. "Al, aku rindu ingin pulang" tak segan-segan aku langsung jujur. "Kamu mau pulang ke jakarta Ki?" Astaga mataku langsung melotot. Memang Al terkadang di waktu yang tidak pas dia suka lemot. "Al aku pengen dengar suara Kev, boleh?" Al langsung melihatku ganas. "Ok, sekali ini saja ya. Sisanya aku ga nanggung kalo kamu kepincut lagi" kata Al sambil memberikan handphonenya kepadaku. Tak perlu waktu lama aku mengetik nomor Kev di layar handphone dan nada sambung terdengar. "Halo selamat malam" suara Kev terdengar begitu jelas di telingaku. Kev selalu formal ketika mengangkat telepon dari nomor yang dia tidak kenal takut calon clientnya yang telepon. Aku hanya terdiam tidak mau membuka suara. "Halo selamat malam, halo...." telepon sengaja ku putus begitu saja aku mulai tidak bisa mengatur ego-ku, aku mulai melanggar janjiku. Aku memeluk Al malam itu sangat erat bahkan terlalu kuat aku melampiaskan semua kebodohan ku malam ini. "Ki, it's okay. Aku ga marah loh kamu melanggar janjimu sendiri. Aku juga pernah di fase seperti mu. Jangan dilawan, biarkan saja rasa itu mengalir hingga tiba di hulu" aku semakin erat memeluk Al. Aku merasa bodoh mengapa aku sangat jatuh terperosok sedalam ini. Aku tidak menangis, aku hanya membenci keputusanku lima menit yang lalu.
**
Ketika gue baru aja mau masuk mobil handphone gue getar. Namun tidak ada nama yang muncul hanya nomor yang tertera. Gue angkat dan gue jawab seformal mungkin karena takut calon client yang menelpon. Gue udah jawab halo-halo sampai mau kesal tiba-tiba teleponya di tutup begitu aja. "Sialan" maki-ku sambil melihat kembali nomor tersebut. Sepanjang perjalanan menuju pulang gue hanya mengisap rokok saja, dan gue pun menyiapkan Java Chips malam itu. Gue semakin merindukan Kiki. Ternyata begini rasanya mempunyai rindu yang begitu menggebu namun orang yang dirindu kan acuh begitu saja. Gue hanya ketawa karena mulai menyadari rasa kehilangan ketika orangnya sudah pergi. Pergi tanpa pamit.